Inilah Negara yang Berbahaya Ditinggali Perempuan, Ada Larangan Berbicara dan Belajar

Beberapa negara di dunia memiliki kebijakan atau kondisi yang membuat perempuan menghadapi berbagai tantangan besar dalam hal hak asasi manusia, termasuk larangan berbicara dan belajar. Salah satu negara yang sering disebut dalam konteks ini adalah Afghanistan, terutama di bawah pemerintahan Taliban yang berkuasa sejak 2021. gunung388

Afghanistan:

  1. Larangan Pendidikan: Di bawah pemerintahan Taliban yang kembali berkuasa pada 2021, perempuan mengalami pembatasan ekstrem terhadap pendidikan. Banyak sekolah dan universitas yang menutup pintunya untuk perempuan, dan ada larangan bagi perempuan untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
  2. Pembatasan Kebebasan Berbicara: Perempuan di Afghanistan juga menghadapi pembatasan dalam hal kebebasan berbicara dan hak-hak sipil lainnya. Aktivis perempuan dan jurnalis sering kali mengalami ancaman, penangkapan, atau kekerasan karena mengadvokasi hak-hak perempuan atau melaporkan situasi di negara tersebut.

Selain Afghanistan, beberapa negara lain juga dikenal memiliki kebijakan yang mengekang hak-hak perempuan, seperti:

  • Arab Saudi: Walaupun ada kemajuan dalam beberapa tahun terakhir, perempuan di Arab Saudi masih menghadapi berbagai pembatasan, termasuk dalam hal mengemudikan mobil dan bepergian tanpa izin dari wali laki-laki. Namun, negara ini telah membuat beberapa reformasi terkait hak-hak perempuan, seperti memperbolehkan perempuan mengemudikan mobil dan meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.
  • Iran: Perempuan di Iran menghadapi pembatasan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk hak untuk berpakaian sesuai keinginan mereka dan hak untuk berpartisipasi penuh dalam berbagai bidang, seperti olahraga dan politik.

Negara-negara tersebut mencerminkan berbagai bentuk pembatasan yang dialami perempuan, dan situasi dapat bervariasi tergantung pada konteks politik dan sosial di masing-masing negara.

Perubahan dalam kebijakan dan situasi sosial bisa terjadi, dan banyak organisasi internasional serta aktivis lokal terus berjuang untuk memperbaiki kondisi hak asasi manusia, terutama bagi perempuan di negara-negara tersebut.